Jakarta, Ada berbagai macam penyakit yang bisa menyerang setiap orang, baik yang ringan maupun berat. Tapi bagi orang Indonesia, kolesterol tinggi dan kehilangan daya penglihatan merupakan 2 ancaman penyakit yang paling ditakuti 5 tahun mendatang.
Hal ini berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Kesejahteraan Indonesia atau Philips Index for Health and Wellbeing 2010, yang dilakukan serentak di 30 negara di seluruh dunia. Selain Indonesia, survei ini juga dilakukan antara lain di Singapura, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Belgia dan Australia.Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kolesterol dan masalah kehilangan daya penglihatan atau buta ternyata dipandang sebagai ancaman utama kesehatan bagi masyarakat dalam lima tahun mendatang.
"Perubahan gaya hidup dapat menjadi salah satu faktor menurunnya daya penglihatan mata pada manusia. Ironisnya, banyak orang Indonesia yang tidak menyadari hal ini, sehingga penurunan kemampuan penglihatan menjadi ancaman terselubung bagi masyarakat Indonesia," jelas Dr Rini Mahendrastari Singgih, SpM, Paed.Opthal dari Mahendra Indonesia Eye Clinic, dalam acara Konferensi Pers Health & Wellbeing Index Indonesia, di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (14/12/2010).
Ancaman lain yang ditakuti setelah kolesterol tinggi dan kehilangan daya penglihatan adalah stroke, influenza, radang sendi, kanker dan serangan jantung.
Survei yang dilakukan terhadap 1.000 responden di seluruh kota di Indonesia ini juga menunjukkan bahwa 46 persen orang Indonesia merasa dirinya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, sehingga 75 persen responden menganggap tidak perlu ke dokter, bahkan 55 persen responden yang sakit mengaku tidak berobat ke dokter.
Hasil survei juga mengungkapkan bahwa 4 dari 10 orang Indonesia cenderung meminta pendapat teman dan keluarga terlebih dahulu sebelum mengunjungi dokter saat sakit.
Indonesia yang tergolong 'melek teknologi' dan memiliki pengguna internet yang cukup tinggi di dunia, namun faktanya penggunaan internet sebagai sumber rujukan informasi kesehatan masih tergoling rendah. Meski demikian, pasa responden sepakat bahwa teknologi bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi kehidupannya.
"Laporan Philips Index for Health and Wellbeing 2010 ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, serta memahami persepsi dan perilaku masyarakat terkait dengan kesehatannya," jelas Teguh Purwanto, General Manager Philips Healthcare.
Meski Dr Prijo Sidipratomo selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sempat mempertanyakan metodologi yang digunakan dalam survei tersebut, tapi hasil survei ini bisa diyakini validitasnya sebagai suatu gambaran persepsi pribadi mengenai kesehatan pada masyarakat Indonesia.
"Hasil ini bisa cukup mewakili persepsi subjektif masyarakat Indonesia, meski tidak 100 persen benar dan pasti ada beberapa penyimpangan. Tapi validasinya bisa cukup dipercaya," ujar dr Kartono Mohammad yang pernah menjabat sebagai ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi masukan yang kolektif bagi pemerintah, masyarakat dan organisasi kesehatan mengenai status terkini serta kebutuhan pasien dan penyedia layanan kesehatan masyarakat.(mer/ir)
0 komentar:
Posting Komentar